Jumat, 23 Oktober 2009
Kesepertihidupan dalam sastra
Antara Sastra dan Psikologi Sastra II
Sastra dan Psikologi
2. Konsep
Psikologi adalah suatu seni yang biasanya menyajikan situasi yang terkadang tidak masuk akal dan suatu kejadian-kejadian yang fantastik. Psikologi dapat mengklasifikasikan pengarang berdasarkan tipe psikologi dan fisiologinya. Mereka bisa menguraikan kelainan jiwanya, bahkan meneliti alam sadarnya. Bukti-bukti itu diambil dari dokumen diluar sastra atau dari karya sastra itu sendiri. Banyak karya besar yang menyimpang dari standar psikologi, karena kesesuaian hasil karya dengan kebenaran psikologis belum tentu bernilai artistik. Pemikiran psikologi dalam karya sastra tidak hanya dicapai melalui pengetahuan psikologi saja. Namun pada kenyataannya atau pada kasus-kasus tertentu pemikiran psikologi dapat menambah nilai estetik atau keindahan karena dapat menunjang koherensi dan kompleksitas suatu karya.
3. Ciri-ciri
a. Pengarang menghindari penyesuaian diri dengan norma masyarakat, karena hal itu berarti mematikan arus lingkungan.
b. Adanya kemampuan membayangkan suatu bayangan yang bersifat indrawi.
c. Susunan mental seorang penyair berbeda dengan susunan sebuah puisi.
d. Sebagai gejolak emosi, suatu karya dapat menampilkan hubungan imajinasi dengan kepercayaan.
e. Psikologi merupakan suatu persiapan penciptaan.
f. Bersumber dari kebiasaan untuk tidak membeda-bedakan macam-macam penginderaan.
4. Manfaat
a. Mempertajam kemampuan pengamatan.
b. Membantu mengentalkan kepekaan pada kenyataan.
c. Memberi kesempatan untuk menjajaki pola-pola yang belum terjamah sebelumnya.
d. Studi tentang perbaikan naskah, koreksi, dan seterusnya karena jika dipakai dengan tepat, dapat membantu kita melihat mana keretakan, ketidakteraturan, perubahan, dan distorsi yang penting dalam suatu karya sastra.
e. Menjelaskan tokoh dalam situasi cerita.
5. Tokoh
a. Carl Jung
Mengungkapkan bahwa dalam bawah salam sadar manusia ada kesadaran kolektif yakni daerah masa lalu umat manusia di masa sebelum manusia ada dan menciptakan tipologi psikologi yang rumit.
b. Freud
Pengungkap konsepsi tentang seniman yang merupakan seseorang yang lari dari kenyataan dan hidup dalam fantasinya.
c. Erich Jaensen
Pengungkap kemampuan membayangkan hal-hal yang bersifat indrawi merupakan gejala menyatunya kemampuan berfikir dan pengindraan.
d. W.H. Auden
Menekankan bahwa seniman boleh tetap menjadi orang neurotik kalau ia tahan.
e. Ribot
Membagi dua tipe imajinasi sastrawan menjadi tipe plastis dan tipe diffluent.
6. Contoh
Jika kita pernah membaca novel The Birth of Tragedy karya Nietzsche pada tahun 1872 disitu terdapat penggolongan dua kutub seni yang menarik. Apollo dan Dionysus dua dewa seni Yunani mewakili dua jenis seni dan proses seni, seni patung dan musik, tingkat psikologis mimpi dan keadaan mabuk ekstase. Keduanya kira-kira sejalan dengan penggolongan sastrawan “pengrajin” dan sastrawan “kesurupan”, sastrawan klasik dan Romantik.
APLIKASI PSIKOANALISIS DALAM KARYA SASTRA
Sabtu, 17 Oktober 2009
Kukila, sebuah Analisis Struktural cerpen
Seorang lelaki tua berlari-lari sepanjang jalan Pemuda di tengah hari bolong di bawah terik matahari yang membakar kota Jakarta. Peluh mengalir membanjiri sekujur tubuhnya. Sebuah tas kecil menggantung di pundaknya yang kurus. Tangan kirinya memegang sangkar berselubung kain hitam tipis. Tangan kanannya melambai-lambai ke udara, dan mulut keriputnya berteriak-teriak parau memanggil seekor burung perkutut yang terbang rendah melewati semrawutnya kabel-kabel telepon, pohon-pohon, dan atap-atap bangunan. "Kyai, Kyai, turun Kyai!".
Jumat, 16 Oktober 2009
Membeli Laki-Laki, Sebuah Analisis Struktural Cerpen
I. Ringkasan Cerita.
Imai seorang wanita lajang berusia 35 tahun. Dia jatuh cinta dengan seorang laki-laki muda dan sarjana, Ramang. Tetapi adat mereka mengharuskan seorang wanita memberikan uang jemputan (adat di Minangkabau, yang mengharuskan keluarga perempuan menyerahkan sejumlah uang atau barang berharga pada keluarga laki-laki). Dan uang yag dipatok oleh Pak Sati,
Kamis, 15 Oktober 2009
Surat Kepada Tuhan, sebuah Analisis Puisi
Karya Ismet N.M. Haris
Han…,
Seperti pernah kubilang
Aku hidup tanpa
JENIS KARANGAN DAN LANGKAH-LANGKAH MENGARANG
Kamis, 24 September 2009
Tasyabuh
Rabu, 22 Juli 2009
Meningkatkan Trafik dengan MLM
Ada info baru dari sobat blogger di blog buitenzblog. Ternyata, MLM sekarang gak cuma digunakan buat nyari uang saja baik bisnis online maupun bisnis offline. Di dunia blogger, sistem MLM ini juga digunakan untuk mendapatkan backlink yang banyak. Buat temen-temen blogger lain yang ingin mengikuti MLM Backlink ini, silahkan copy paste tulisan dibawah ini dengan mengikuti ketentuan yang telah dibuat.... yang pasti Gratis sob... dan kita lihat seberapa ampuh sistem MLM digunakan untuk backlink...
Siapa yang meragukan kedahsyatan faktor kali? Siapa yang menganggap remeh kehebatan penyebaran produk dengan pemasaran sistem Multi Level Marketing? Nah, saya ingin mencoba mengajak anda semua untuk memanfaatkan kedahsyatan faktor kali dan kecepatan penyebaran ini dalam bentuk backlink.
Caranya sangat mudah. Anda hanya perlu meletakkan link-link berikut ini di blog atau artikel anda:
1. Facebook
2. Friendster
3. Google
4. Bisnis Online
5. dimas0883 blogspot
6. Freeware-Asik
7. Buitenzblog
8. BisnisInternet Ok..!
9. Formulabisnis
9. Blog Bahasa dan Sastra Indonesia
Tapi ingat, sebelum anda meletakkan link diatas, anda harus menghapus peserta nomor 1 dari daftar. Sehingga semua peserta naik 1 level. Yang tadi nomor 2 jadi nomor 1, nomor 3 jadi 2, dst. Kemudian masukkan link anda sendiri di bagian paling bawah (nomor 10).
Jika tiap peseta mampu mengajak 5 orang saja, maka jumlah backlink yang akan didapat adalah
Ketika posisi anda 10, jumlah backlink = 1
Posisi 9, jml backlink = 5
Posisi 8, jml backlink = 25
Posisi 7, jml backlink = 125
Posisi 6, jml backlink = 625
Posisi 5, jml backlink = 3,125
Posisi 4, jml backlink = 15,625
Posisi 3, jml backlink = 78,125
Posisi 2, jml backlink = 390,625
Posisi 1, jml backlink = 1,953,125
Dan semuanya menggunakan kata kunci yang anda inginkan. Dari sisi SEO anda sudah mendapatkan 1,953,125 backlink dan efek sampingnya jika pengunjung web para downline anda mengklik link itu, anda juga mendapatkan traffik tambahan.
Nah, silahkan copy paste artikel ini, dan hilangkan peserta nomor 1 lalu tambahkan link web anda di posisi 10. Ingat, anda harus mulai dari posisi 10 agar hasilnya maksimal. Karena jika anda tiba2 di posisi 1, maka link anda akan hilang begitu ada yang masuk ke posisi 10.
Selamat mencoba.. dan mari kita lihat bagaimana efeknya...! Inilah gambarannya
Minggu, 12 Juli 2009
Stop Dreaming Start Action, kontes seo terdasyat bagi netter Indonesia
Ya, bagi seorang newbie yang ingin menggeluti dunia maya dengan bisnis online tawaran di internet yang mengalir selalu menjanjikan hingga kita terkadang terasa diajak melambung, dengan mimpi. Mimpi ingin menjadi seorang pebisnis online yang sukses. Tetapi oleh Joko diingatkan bahwa semua dreaming atau mimpi itu tidak akan menjadi kenyataan manakala tidak ada action atau tindakan. Karenanya, stop dreaming start action merupakan slogan yang harus diperhatikan oleh semua netter, bahkan yang sudah profesional sekalipun.
Bagi seorang profesional kejayaannya di dunia maya akan menjadi senjata yang makan tuan bila ia menghentikan action nya, karena ibarat banjir bandang, dunia maya selalu berkembang dengan pesat. Bahkan perkembangannya terlalu cepat hingga terkadang kita tidak bisa mengikutinya.
Tapi bagi seorang newbie tidak usah risau dan khawatir. Action, action dan action harus selalu dilakukan. Jangan pernah berhenti untuk melangkah apalagi kita hanya terpana dan terpaku dalam imipian. Bagaimana pun dreaming (impian) yang melambung tidak akan ada artinya tanpa diikuti dengan action. Karenanya, stop dreaming sejak saat ini dan take action. Yakinlah kalau keseriusan pasti akan mendatangkan hasil. Bahkan hasil yang akan didapatkan sesuai dengan jerih payah yang diuasahakan.
Nah, untuk menguji kemampuan action kita dalam hal seo mengapa kita tidak ikut kontes seo ini? Bukankah seorang siswa dan siapapun dinamakan berhasil jika sudah melewati suatu ujian. Nah jika Anda ingin membuktikan kemampuan action Anda kita diuji oleh Joko Susilo dengan action nya menggelar kontes seo dengan keyword stop dreaming start action. So let's stop dreaming and start action now!
STOP DREAMING START ACTION
Bagi seorang netter, apalagi pebisnis online yang masih baru, internet ibarat hutan emas. Berbagai tawaran begitu menggiurkan, hingga terkadang membuat seorang newbie terkadang ternganga hingga tak dapat bicara. Setiap kali dia mencoba mencari informasi tentang bison (bisnis online), angannya selalu diajak melambung oleh tawaran-tawaran menggiurkan. Tapi bisakah itu semuan membuat keadaaannya berubah? Tentu anda sepakat dengan saya TIDAK BISA. Sebab bisnis apapun menuntut adanya action (tindakan). Impian atau dreaming sedasyat apapun tidak akan merubah kondisi seseorang kalau tidak diikuti dengan action. Sebaliknya sekecil apapun action yang dilakukan pasti akan mendatangkan perubahan, sekecil apapun. Karenanya sang visioner selalu mengatakan :"stop dreaming start action". Dan kredo ini harus selalu ada dalam setiap orang, kalau dia ingin berubah.
Bahkan ungkapan stop dreaming start action bukan hanya penting untuk pemula. Pebisnis yang sudah jaya pun harus senantiasa melakukan action karena dunia maya selalu berkembang. Bahkan perkembangannya terlalu cepat, tidak sebanding dengan kemampuan seseorang dalam mengimbanginya.
Karenanya, stop dari segala impian dan angan-angan tetapi segeralah action untuk meraih impian kita. Stop dari segala kecurigaan terhadap tawaran lalu segeralah action dengan penuh perhitungan dan pertimbangan yang matang serta kecermatan.
Atau mulailah memunculkan impian-impian baru karena terkadang dreaming atau impian itu diperlukan untuk memacu kita melakukan action. Dan impian itu pula yang justru membuat hidup kita menjadi hidup. Tetapi selalulah menyertakan action dalam dreaming kita. So, stop dreaming and start action untuk mencapai perubahan yang berarti dalam hidup kita.
Jumat, 10 Juli 2009
TELAAH BUKU TEKS BAHASA INDONESIA
I.DENTITAS BUKU TEKS
1.Judul
Bahasa dan Sastra Indonesia I
2.Pengarang
Nurhadi, Dawud, Yuni Pratiwi
3.Editor
Ida Safrida
4.Setting dan Layout
Tim Bahasa Dept. Setting
5.Desain sampul
Achmat Taufik
6.Percetakan
PT. Gelora Aksara
7.Penerbit
Erlangga, Jakarta
8.Tahun Terbit
2005
9.Ditujukan untuk
SMP/ MTs kelas VII
II.SUDUT PANDANG PENDEKATAN
Bahasa Indonesia merupakan sarana komunikasi dan sastra merupakan salah satu hasil budaya yang menggunakan bahasa sebagai sarana kreativitas dan pengejawantahannya. Bahasa dan sastra Indonesia seharusnya diajarkan kepada siswa melalui pendekatan yang sesuai dengan hakikat dan fungsinya
Dalam kehidupan sehari-hari, fungsi utama bahasa adalah sarana komunikasi. Bahasa dipergunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antarpenutur untuk berbagai keperluan dan situasi pemakaian. Untuk itu, orang tidak akan berpikir tentang sistem bahasa, tetapi berpikir bagaimana menggunakan bahasa ini secara tepat sesuai dengan konteks dan situasi. Jadi, secara pragmatis bahasa lebih merupakan suatu bentuk kinerja dan performansi daripada sebuah sistem ilmu. Pandangan ini membawa konsekuensi bahwa pembelajaran bahasa haruslah lebih menekankan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi daripada pembelajaran tentang sistem bahasa.
Sementara itu, sastra adalah satu bentuk sistem tanda karya seni yang menggunakan media bahasa. Sastra ada untuk dibaca, dinikmati, dan dipahami, serta dimanfaatkan, yang antara lain untuk mengembangkan wawasan kehidupan. Jadi, pembelajaran sastra seharusnya ditekankan pada kenyataan bahwa sastra merupakan salah satu bentuk seni yang dapat diapresiasi. Oleh karena itu, pembelajaran sastra haruslah bersifat apresiatif. Sebagai konsekuensinya, pengembangan materi, teknik, tujuan, dan arah pembelajaran sastra haruslah lebih menekankan kegiatan pembelajaran yang bersifat apresiatif.
Pendekatan pembelajaran bahasa yang menekankan aspek kinerja atau keterampilan berbahasa dan fungsi bahasa adalah pendekatan komunikatif, sedangkan pendekatan pembelajaran sastra yang menekankan apresiasi sastra adalah pendekatan apresiatif. Pendekatan lain yang biasa digunakan dalam setiap pembelajaran adalah pendekatan proses dimana siswa secara aktif dan kreatif dengan bimbingan guru berusaha menemukan pola-pola berbahasa dengan cara mencatat pola-pola bermakna yang dijumpai dalam setiap kegiatan berbahasa di kelasnya untuk kemudian menggunakannya dalam kegiatan komunikasi sehari-hari, baik komunikasi lisan maupun komunikasi tulis.
Ketiga pendekatan tersebut di atas- lah yang dipakai oleh ketiga penyusun buku teks Bahasa dan Sastra Indonesia. Hal ini telihat dari kata pengantar yang disampaikan penyusun.
”Pengajaran Bahasa Indonesia hendaknya dikembalikan pada kedudukan yang sebenarnya, yaitu melatih kalian membaca, menulis, berbicara dan mengapresiasi sastra. ....”
Ketiga pendekatan tersebut tercermin dalam setiap bab pelajaran. Pada setiap bab pelajaran selalu ada 3 kegiatan, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan lanjutan.
Pada kegiatan awal siswa diberi tugas-tugas sebagai bahan pretest untuk memasuki kegiatan inti, yang merupakan target pembelajaran pada setiap pelajaran dan pada setiap keterampilan berbahasa. Kemudian bagian ketiga adalah bagian kegiatan lanjutan. Kegiatan lanjutan diberikan sebagai pengayaan dan pemamtapan siswa terhadap inti pelajaran pada setiap keterampilan berbahasa.
Sebagai gambaran kita akan lihat pelajaran pertama buku teks ini yang bertema Pengalaman Mengesankan dengan sub tema membaca pemahaman untuk menemukan gagasan utama.
Pada sub tema ini kegiatan terbagi menjadi 3 seperti yang telah tersebut di atas, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan lanjutan.
Pada kegiatan awal siswa diajak untuk mendata kebiasaan-kebiasaan dalam membaca sehingga siswa bahkan guru akan mengetahui sudah seberapa besar minat anak terhadap kegiatan membaca. Setelah mendata kebiasaan-kebiasaan membaca siswa diajak untuk mengenali cara penggambaran objek dalam sebuah teks. Kedua kegiatan ini merupakan kegiatan yang diperlukan untuk melakukan kegiatan inti yaitu membaca pemahaman untuk mengenali gagasan utama dan gagasan penjelas dalam sebuah teks atau bacaan.
III. BAHAN
A. Kelayakan Materi
1. Kesesuaian Materi Buku Teks dengan Kurikulum
Kurikulum merupakan suatu usaha untuk menyampaikan asas-asas dan ciri-ciri yang penting dari suatu rencana pendidikan dalam bentuk yang sedemikian rupa sehingga dapat dilaksanakan oleh guru di sekolh. Pengertian ini mengharuskan setiap perencanaan dan usaha yang dilakukan oleh pelaku pendidikan termasuk pembuat bahan ajar baik yang berupa buku atau yang lainnya harus mengacupada kurikulum yang berlaku.
Pada kurikulum Bahasa Indonesia 2004 kemampuan berbahasa dibedakan menjadi dua, yaitu kemampuan terhadap materi kebahasaan dan kemampuan materi kesastraan sehingga dituntut dalam setiap keterampilan berbahasa (mendengar, berbicara, membaca dan menulis) kedua kemampuan berbahasa tersebut harus mendapat perhatian.
Materi yang ada dalam buku teks Bahasa dan Sastra Indonesia yang kami telaah ini telah mencerminkan hal tersebut. Kelengkapan materi dalam buku teks ini bisa dilihat dari adanya wacana, pemahaman terhadap wacana, fakta kebahasaan dan kesastraan dan juga adanya penerapan konsep dasar baik dari materi kebahasaan maupun kesastraan melalui pelatihan, tugas serta kegiatan mandiri sehingga peserta didik mampu menggali dan memanfaatkan informasi serta menyelesaikan masalah yang ada.
2. Keakuratan Materi
Wacana yang disajikan dalam buku teks ini sesuai dengan kenyataan tidak dibuat-buat. Hal ini terbukti disebutkannya sumber secara jelas di samping itu bacaan yang ada sesuai dengan tingkat pemahaman siswa kelas VII SMP/ MTs.
Sementara itu keakuratan konsep dan teori tercermin dari kesesuaian teori dan konsep yang disajikan untuk mencapai Kompetensi Dasar (KD) dengan definisi yang berlaku dalam bidang ilmu bahasa (linguistik) dan ilmu sastra. Selain itu keakuratan teori dan konsep itu terlihat juga dalam penggunaannya yang tepat sesuai dengan fenomena yang dibahas dan tidak menimbulkan banyak tafsir (ambigu).
3. Keakuratan dalam memilih contoh
Contoh-contoh latihan yang disajikan menunjukkan keruntutan konsep dari yang mudah ke yang sukar, dari yang konkret ke abstrak, dari yaang sederhana ke yang kompleks dari yang telah dikenal sampai ke pengembangannya.
Sebagai contoh kita akan ambil materi pada pelajaran pertama.
Tema Pelajaran Pertama adalah Pengalaman Mengesankan. Sebelum peserta didik diberi tugas membaca pemahaman dengan menemukan gagasan utama disajikan, penyusun mengajak peserta didik melihat kebiasaan-kebiasaan mereka dalam membaca termasuk mendata buku apa saja yang telah dibacanya. Setela itu peserta didik diajak untuk mengenali cara-cara yang sering dilakukan oleh para pengarang dalam menggambarkan objek kemudian barulah peserta didik diajak untuk membaca pemahaman untuk mengenali gagasan utama dan gagasan penjelas dengan model pembimbingan dengan cara memberikan tips menemukan ide dengan cepat.
B. Pendukung Materi Pembelajaran
1. Relevansi ilustrasi dengan tema atau subtema.
Gambar lebih mudah diserap dan lebih tahan dalam memori seseorang daripada kata-kata. Karenanya dalam berusaha membuat tampilan buku ini lebih menarik minat siswa untuk mempelajari materi di dalamnya, dalam sebagian besar bab dan subbab buku ini menampilkan ilustrasi, baik yang berupa gambar, grafik maupun tabel.
Kalau dilihat secara keseluruhan tampilnya ilustrasi di awal setiap pelajaran memang sudah mencerminan tema yang akan dibahas dalam setiap pelajaran. Tetapi ketika dicermati lebih lanjut masih terdapat ilustrasi-ilustrasi yang kurang mendukung permasalahan baik tema maupun sub temanya. Sebagai contoh ditambilkannya gambar sendratari pada halaman 148 Pelajaran 9 pada kegiatan awal, sementara kegiatan yang ditugaskan adalah menjelaskan makna kata berimbuhan. Contoh yang lain misalnya pada pelajaran pertama di halaman 5 ditampilkan gambar dua orang peselancar padahal judul wacana Pulau Nias Penuh Sejarah dan Budaya.
2. Relevansi materi dan bahan dengan tingkat usia siswa
Dalam tahap perkembangannya, siswa SMP berada pada tahap periode perkembangan yang sangat pesat dalam setiap aspeknya. Salah satu aspek ersebut adalah aspek kognitif.
Menurut Piaget (1970), periode yang dimulai pada usia 12 tahun, yaitu yang lebih kurang sama dengan usia siswa SMP, merupakan ‘period of formal operation’. Pada usia ini, yang berkembang pada siswa adalah kemampuan berpikir secara simbolis dan bisa memahami sesuatu secara bermakna (meaningfully) tanpa memerlukan objek yang konkret, bahkan objek yang visual. Siswa telah memahami hal-hal yang bersifat imajinatif. Implikasinya dalam pembelajaran bahasa Indonesia bahwa belajar akan bermakna apabila input (materi pelajaran) sesuai dengan minat dan bakat siswa. Pembelajaran bahasa Indonesia akan berhasil apabila penyusun silabus dan guru mampu menyesuaikan tingkat kesulitan dan variasi input dengan harapan serta karakteristik siswa sehingga motivasi belajar mereka berada pada tingkat maksimal.
Pada tahap perkembangan ini juga berkembang ketujuh kecerdasan dalam Multiple Intelligences yang dikemukakan oleh Gardner (1993), yaitu: (1) kecerdasan linguistik (kemampuan berbahasa yang fungsional), (2) kecerdasan logis-matematis (kemampuan berpikir runtut), (3) kecerdasan musikal (kemampuan menangkap dan menciptakan pola nada dan irama), (4) kecerdasan spasial (kemampuan membentuk imaji mental tentang realitas), (5) kecerdasan kinestetik-ragawi (kemampuan menghasilkan gerakan motorik yang halus), (6) kecerdasan intra-pribadi (kemampuan untuk mengenal diri sendiri dan mengembangkan jati diri), (7) kecerdasan antarpribadi (kemampuan memahami orang lain). Ketujuh macam kecerdasan ini sesuai dengan karakteristik keilmuan bahasa Indonesia, dan akan dapat berkembang pesat apabila dapat dimanfaatkan oleh guru bahasa Indonesia untuk berlatih mengeksplorasi gejala alam, baik gejala kebendaan maupun gejala kejadian/peristiwa guna membangun konsep bahasa Indonesia.
Materi yang ada pada buku teks ini terlihat ingin menerapkan teori tersebut di atas dalam penyusunannya. Ilustrasi –ilustrasi yang disajikan menimbulkan imajinasi pada diri pemakai buku ini akan informasi atau materi apa yang akan disajikan.Ilustrasi pada kover, misalnya, (disajikannya gambar orang yang sedang menelpon, gambar tangan mengetik, gambar kover buku novel Nh. Dini dan gambar WS. Renda yang sedang membaca puisi ) akan memberikan penjelasan kepada tentang empat keterampilan berbahasa dan dua kemampuan berbahasa yaitu kemampuan kebahasaan dan kemapuan kesastraan yang akan diajarkan dan dilatihkan dalam buku teks Bahasa dan Sastra Indonesia. bisa kita lihat
C. Kelengkapan Penyajian
Secara keseluruhan buku teks Bahasan dan Sastra Indonesia ini telah menyajikan materi secara lengkap dengan sistematika yang runtut. Hal ini bias dilihat dari:
a. Kata Pengantar
Pada bagian penulis memberikan informasi berkaitan dengan tujuan penulis buku teks, ucapan terima kasih, harapan bahkan bagaimana mengajar dan belajar bahasa pun disampaikan penulis dalam bagian kata pengantarnya.
b. Daftar Isi.
Adanya daftar isi pada bagian pendahuluan memberikan kemudahan peserta didik dan pengguna buku teks ini dalam mencarai dan menemukan bab, subbab serta topik yang ada di dalamnya.
2. Bagian Isi
a. Pendahuluan
Pengantar pada awal buku berisi tujuan penulisan buku teks pelajaran, sistematika buku, cara belajar yang harus diikuti, serta hal-hal lain yang dianggap penting bagi peserta didik bahkan pemberian motivasi kepada peserta didik.
“Begitulah seharusnya proses belajar berlangsung. Anak belajar dari pengalaman sendiri. Rasanya kalian perlu kembali meniru proses belajar memanah di atas. Dalam proses tersebut, kalian mencatat sendiri pola-pola bermakna dari pengetahuan baru…..” (bagian Kata Pengantar)
“Faktanya, kalian sudah menggunakan Bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP/ MTs selayaknya diarahkan pada pelatihan berbahasa yang kreatif, yaitu membaca kreatif, menulis kreatif dan berbicara kreatif” (bagaian Kata Pengantar)
b. Rujukan:
Pada setiap ilustrasi dan wacana yang diambil dari sumber lain, penulis telah memberikan identitas sumber yang jelas kecuali ilustrasi yang berupa gambar-gambar kartun.
c. Rangkuman dan refleksi
Rangkuman merupakan konsep kunci bab yang bersangkutan yang dinyatakan dengan kalimat ringkas, jelas, dan memudahkan peserta didik memahami keseluruhan isi bab. Refleksi memuat simpulan sikap dan prilaku yang harus diteladani. Dalam buku ini rangkuman ini tidak ada sehingga peserta didik kurang mendapatkan tekanan materi yang harus benar-benar dikuasai. Sebagai ganti dari itu penulis menyampaikan ringkasan fokus kemampuan dasar yang harus dikuasai peserta didik.
d. Pelatihan:
Hampir di setiap awal dan akhir pembicaraan penulis selalu memberikan tugas-tugas sebagai bahan pretest dan posttest sebagai evaluasi terkuasainya kompetensi sesuai dengan SK dan KD
3. Bagian penyudah
Pada bagian akhir buku teks ini disajikan daftar pustaka atau daftar buku yang digunakan sebagai bahan rujukan dalam penulisan buku tersebut dan dalam penulisan daftar pustaka seudah sesuai dengan penulisan daftar pustaka yang standar sebagaimana yang disampaikan oleh H. Amat Mukhadis yaitu diawali dengan nama pengarang (yang disusun secara alfabetis), tahun terbitan, judul buku, tempat, dan nama penerbit.
D. Penggunaan Bahasa
Bahasa yang digunakan dalam buku teks ini sudah sesuai dengan bahasa yang baik dan benar. Baik artinya sesuai dengan konteks situasi dan kondisi dan benar artinya sesuai dengan kaidah-kaidah baku yang berlaku. Atau singkatnya bahasa yang digunakan dalam buku teks ini sudah pragmatis.
IV. METODE
1. Ceramah/ Penjelasan melalui deskripsi maupun eksposisi, khususnya terhadap konsep- konsep dasar baik kebahasaan maupun kesastraan.
2. Cerita Bergambar
3. Kuis
4. Penugasan, baik individu maupun kelompok
V. EVALUASI
Evaluasi baik yang bersifat pretest maupun post test yang ada dalam buku teks ini sangat bervariasi. Selain dengan penugasan, pelatihan dan mengerjakan tugas-tugas baik secara individu maupun kelompok. Bervariasinya evaluasi ini bisa menghindarkan siswa dari kebosanan terhadap latihan dan tugas-tugas yang monoton dan menjemukan.
Bentuk evaluasi yang ada meliputi:
1. Menjawab pertanyaan bacaan
2. Mengisi bagian kalimat yang rumpang.
3. Memberi tanda S (jika setuju) dan T (jika tidak setuju)
4. Mengerjakan tugas membaca, baik pemahaman, membaca indah maupun membaca cepat.
5. Mengerjakan tugas individu maupun tugas kelompok.
DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama. 2006. Panduan Pengembangan Silabus Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Menengan Pertama, Jakarta. (Online) (www.diknas.org, diakses , tanggal 9 Juni 2008)
2. Esti Ismawati. Buku Teori dan Aplikasi Telaah Kurikulum SLTA. Surakarta: Pustaka Cakra
3. M. Umar Muslim, KTSP dan Pembelajaran Bahasa Indonesia (Online) (www.whandi.net , diakses tanggal 9 Juni 2008)
4. Henry Guntur Tarigan. Telaah Buku Teks Bahasa Indonesia. Bandung: Angkasa.
5. H. Amat Mukhadis. (Eds).2000. Kaidah Tata Tulis Artikel Ilmiah. Malang: Universitas Negeri Malang.
6. Piaget, J. 1970. Science of Education and the Psychology of the Child. New York: Viking.
APRESIASI FILM
A.Identitas Film
Judul : Banyu Biru
Sutradara : Teddy Soeraatmadja
Penulis skenario : Rayya Makarim Prima Rusdi
Produksi : M & M Entertainment & Salto Film
Pemain : Tora Sudiro ( Banyu )
: Dian Sastro Wardoyo (Sulah)
Slamet Raharjo (Oskar)
B.Sinopsis Film Banyu Biru
Film ini berkisah tentang seorang pemuda yang mencoba mencari jawab atas berbagai persoalan hidup yang ia alami.
Cerita diawali dengan menampilkan keluarga Oskar, ayah Banyu. Pada awal cerita dikisahkan saat istri Oskar sedang menemani putrinya Biru berenang di kolam renang belakang rumahnya. Tetapi kemudian suaminya memanggil dan menanyakan tentang lembar-lembar kerja yang tak ditemukannya. Akhirnya Biru ditinggalkan sendirian di kolam renang. Dan sebuah tragedi terjadi, entah berapa lama ibu Biru meninggalkan Biru di kolam sendirian hingga kemudian didapati oleh Banyu , kakak Biru, Biru telah terapung di permukaan kolam. Ia meninggal karena tenggelam. Banyu menjerit histeris kemudian teringatlah saat-saat indah dan menyenangkan bersama adiknya, saat – saat mereka bermain.
Ibu Banyu, istri Oskar tidak tahan dengan itu semua dia shock dan akhirnya ia juga meninggal dunia. Banyu merasakan bahwa tidak ada siapa-siapa lagi dalam hidupnya. Adiknya meninggal, ibunya juga meninggal sedangan ayahnya terlalu asik dengan pekerjaannya dan tidak mau peduli dengan dirinya. Akhirnya ia meninggalan rumah dan pergi ke sebuah kota.
Di kota ia bekeja di sebuah supermarket. Berbagai permasalahan selalu bermuara pada dirinya. Hidupnya dipenuhi dengan masalah. Ia tidak bisa menikmati kehidupan. Suatu saat ia diminta temannya menggantikan dia hadir dalam seminar tentang pelayanan terhadap konsumen. Padahal saat itu ia sangat capek, sedang tidak enak badan dan dalam dirinya penuh masalah maka ia pergi ke psikiater untuk menyelesaikan masalahnya. Psikiater menyarankan agar ia kembali kepada keluarganya, kepada ayahnya. Karena menurutnya inilah waktu yang tepat. Sudah saatnya ia harus kembali pada keluarga dan menyelesaikan masalah keluarga, masalah dengan ayahnya. Sebelumnya juga ia telah mendapat telpon dari pamannya agar hadir dalam pesta perkawinannya yang ke lima.
Dengan rasa capek dan pusing ia pasakan hadir dalam seminar itu mewakili temannya. Tetapi ia tidak dapat konsentrasi, pikiranya penuh masalah dan pusing di kepalanya menyebabkan ia harus minum obat sampai akhinya ia tertidur dan dalam tidurnya inilah mengalir cerita dalam mimpinya.
Dalam mimpinya ia kembali ke rumahnya. Tetapi ia tidak bertemu dengan ayahnya. Bahkan rumahnya telah kosong dan dipenuhi debu. Dari Sulah (Sulak), ia memperoleh informasi bahwa ayahnya telah pindah tetapi ke mana pindahnya Sulah sendiri tidak tahu. Di sinilah terjalin kisah cinta pertama antara Banyu dan Sulah. Banyu sangat merasakan cinta itu hingga ketika dalam perjalanan ia tersenyum sendiri, senyum karena senang.
Karena ayahnya telah pindah akhirnya ia pergi ke rumah pamannya yang waktu itu sedang mengadakan pesta pernikahan yang kelima. Dari pamannya inilah Banyu mengetahui bahwa ayahnya telah pindah di Pangkal Pinang. Pamannya mengatakan bahwa ayahnya sebenarnya tidak seperi yang dibayangkan Banyu. Cintanya pada anak dan istri tak pernah habis. Maka sang paman menyarankan Banyu untuk menemui ayahnya dan menyelasaikan persoalannya.
Benar! Banyu akhirnya pergi ke Pulau Pangkal Pinang. Dalam perjalanan mencari rumah ayahnya di Pangkal Pinang ia bertemu dengan Arif, teman SD-nya yang dulu sering ia ejek sebagai seorang banci. Pertemuan yang tidak disengaja karena Banyu sebenarnya hanya mau tanya tentang mobil yang bisa mengantarkan dirinya ke pelabuhan. Tetapi dari Arif Banyu mendapatkan banyak hikmah. Arif yang dulu dikatakan banci ternyata mampu memberi manfaat pada desanya.
Ketika Banyu sampai di pulau Pangkal Pinang ia langsung menuju sebuah rumah dekat pantai dan di situlah ayahnya tinggal. Banyu tetap menyalahkan ayahnya bahwa ayahnya egois, tidak mencintai ibunya dan hanya mementingkan pekerjaannya. Oskar, ayah Banyu marah dan berusaha memberikan pengertian kepada Banyu bahwa apa yang dikatakan Banyu tentang dirinya semuanya tidak benar. Ia sangat mencintai ibu Banyu. Ia mencintai Banyu, anaknya. Sebagai buktinya ia berikan cincin perkawinannya yang ia gantungkan sebagai bandul kalung kepada Banyu. Ia berharap suatu saat nanti Banyu mau mengerti akan ayahnya. Akan hatinya.
Akhirya Banyu ingin kembali lagi dan meninggalkan ayah, tetapi di tengah perjalanan lautnya ia pusing dan terlempar ke dalam laut. Ia terbangun dari mimpi dan bertekad untuk menyelesaikan masalahnya dengan kenyataan bukan dalam impian.
C.Apresiasi Film Banyu Biru
Secara leksikal appreciation ‘apresiasi’ mengacu pada pengertian pemahaman dan pengenalan yang tepat, pertimbangan, penilaian dan pernyataan yang memberikan penilaian (hornby) Atau sebagaimana yang dikemukan oleh Effendi bahwa apresiasi adalah kegiatan menggauli karya sastra dengan sungguh-sungguh sehingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis dan kepekaan perasaan yang baik terhadap karya sastra (Suminto A Sayuti, Berkenalan dengan Prosa Fiksi). Pendek kata apresiasi adalah upaya merebut makna sebuah karya. Untuk dapat memahami dan memaknai suatu karya seorang perlu mengenal dan memahami bagian-bagian atau elemen-elemen karya yang akan diapresiasi.
Dengan demikian mengapresiasi film berarti upaya merebut atau mengambil makna sebuah film sehingga akhirnya tumbuh perasaan penghargaan, kepekaan kritis dan kepekaan perasaan yang baik terhadap film yang diapresiasi. Untuk bisa merebut makna film tesebut, seorang apresiator harus memahami elemen-elemen film. Diantara elemen-elemen tersebut adalah:
1. Sutradara
2. Penulis Skenario
3. Penyunting
4. Penata fotografi
5. Penata artistic
6. Penata suara
7. Penata music
8. Pemeran (actor dan artis)
Film Banyu Biru ingin memberikan keyakinan pada semua penikmatnya bahwa semua manusia pasti mempunyai persoalah hidup dengan intensitas dan kualitas masalah yang berbeda-beda. Ini bisa dilihat dari permasalahan-permasalahan yang dialami tokoh-tokoh pembantu dalam filam ini. Tercatat semua mempunyai masalah. Teman-teman Banyu sendiri tak luput dari masalah. Ada yang suaminya tidak bekerja, ada yang dikomplain oleh pelanggan, ada yang diganggu oleh anak kecil dalam kerjanya. Semua punya masalah. Dalam menghadapi masalah hidup ini ada yang dengan santai sehingga seolah-olah hidupnya tidak ada masalah, ada yang serius hingga membuat stres dan ada yang bijaksana sehingga masalah yang ia hadapai justru menambah kedewasaan dalam mensikapi hidup dan kehidupan.
Lihatlah tokoh Arif, yang sejak kecilnya ia diejek sebagai seorang banci tetapi dengan kearifan dan kebijaksanaannya menghadapi masalah ia justru bermanfaat bagi masyarakatnya bahkan seorang gang pun justru tunduk dan hormat pada Arif yang dikatakan banci.
Intinnya semua manusia pasti mempunyai masalah yang membutuhkan penyelesaian. Masalah tidak untuk dihindari tetapi perlu dihadapi. Berlari dari masalah pada hakikatnya justru akan menambah masalah menjadi berkepanjangan. Karenanya semua persoalan hidup harus di selesaikan. Inilah yang akan disampaikan oleh film ini. Tidak membawa dampak positif orang yang hanya hidup dalam khayalnya. Karena apa yang dibayangkan tidak selalu sama dengan kenyataan. Maka dalam menyelesaikan berbagai persoalan pun juga harus realis. Tidak hanya dibayangkan.
Lihatlah Banyu, tokoh utama dalam film ini. Dia berusaha lari dari persoalan hidupnya. Pergi menjauh tanpa berusaha menyelesaikan masalah keluargannya. Ia hanya terbawa oleh ilusi dan pikirannya sendiri bahwa ayahnya adalah sosok laki-laki egois dan hanya mementingkan dirinya sendiri dan pekerjaannya. Tak pernah mencintai istri dan anaknya. Inilah yang ada dalam pikiran Banyu hingga akhirnya ia merasa perlu lari dan meninggalkan ayahnya. Padahal apa yang dipikirkan Banyu tentang ayahnya ini tidak benar dan ini yang akan dibuktikan dalam adegan-adegan film ini.
Pada kenyataannya justru sebaliknya, Oskar , ayah Banyu justru sangat mencintai istri dan keluarganya. Ini bisa dibuktikan dalam kenyataan bahwa ternyata cincin perkawinan istrinya masih dirawatnya baik-baik dan dijadikan kalung dalan hidupnya. Bahkan sebelum tidur ia selalu merindukan istrinya. Sementara cintanya pada Banyu anaknya dibuktikan dengan masih disimpannya lukisan-lukisan Banyu ketika masih kecil dan tersedianya secangkir air hangat di meja dekat tempat tidur Banyu saat ia baru saja bangun tidur. Hal itu terkuatkan lagi oleh penyediaan kamar tidur yang kosong yang ditata sedemikian rupa dan apa yang menjadi milik Banyu waktu kecil tersimpan dan terpelihara dalam kamar itu. Ini membuktikan bahwa sang ayah senantiasa mendambakan dan tetap mengharap kepulangan sang anak dalam pangkuannya, sangat romantis! Yah, ayah Banyu memang seorang yang sangat romantis dan ini bisa dilihat dari adegan pertama film ini yang menampilkan dansa yang dilakukan Oskar dengan istrinya di ruamg utama dari rumahnya. Lagu Juwita Malam menambah keromantisan sang ayah semakin kentara.
Unsur-Unsur Film
Tema
Film ini mengangkat tema yang sederhana. Tetapi justru tema yang digarap apik dengan akting dan tata artistik serta kepaduan kerja dari semua penggarap film mulai dari sutradara, pemain, penata suara, penata artistik dan sebagainya membuat film dengan tema sederhana ini justu mampu memberikan pelajaran yang mencerahkan dan menyenangkan kepada penikmatnya. Tema film ini adalah hidup adalah perjuangan. Perjuangan dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah. Dan permasalahan hidup itu harus dihadapi dengan realitas bukan dengan hayalan dan impian.
Untuk memberikan pemahaman kepada penonton bahwa semua manusia mempunyai masalah dan bahwa dalam kehidupan ini selalu ada masalah, sang sutradara menampilkan masalah-masalah yang menimpa beberapa tokoh baik tokoh utama maupun tokoh pembantu bahkan tokoh figuran sekalipun. Semua mempunyai masalah dengan intensitas dan kualitas masalah yang berbeda-beda.
Banyu mempunyai masalah dengan keluarganya, dengan ayahnya. Teman kerja Banyu juga semua mempunyai masalah. Ada yang suaminya tidak bekerja dan akan hamil lagi, ada yang dalam kerjanya diganggu oleh anak kecil, ada yang dikomplain oleh pelanggan dan sebagainya. Arif, teman Banyu tak luput dari masalah. Bahkan masalah Arif kualitas dan intensitasnya lebih berat. Sejak kecil ia dikatakan banci oleh teman-temannya. Sulah (Sulak) juga mempunyai masalah. Begitulah cara sutradara menyakinkan kepada penonton bahwa dalam kehidupan seseorang pasti ada masalah.
Kemampuan manusia dalam menghadapi masalah hidup akan sangat berpengaruh dalam kehidupannya, dan akan mengantarkan manusia pada kebahagiaan atau penderitaan hidup.
Tokoh Banyu karena ketidakmampuannya dalam menghadapi masalah hidup, yang sebenarnya masalah itu ia ciptakan sendiri karena ilusi-ilusinya yang tidak pasti tentang ayahnya, akhirnya ia tidak pernah bahagia dan bahkan ia merasa hidup ini beban karena setiap masalah bermuara pada dirinya. Sikap Banyu ini dipertentangkan dengan sikap Arif yang mempunyai permasalahan yang cukup berat dan intens, karena banci yang sering dikatakan orang untuk dirinya adalah sifat bawaan dan sulit mengubah sifat bawaan ini. Tetapi oleh Arif masalah itu dihadapinya dengan arif dan bijaksana sehingga masalah yang begitu berat yang dialaminya justru bukan menjadi beban hidup.Bahkan Arif bisa menikmati kehidupan dan tidak merasa mempunyai masalah.
Penata Suara dan Kameramen
Kelihaian Kameramen dalam mengambil gambar sangat mendukung pesan dan makna film yang akan disampaikan dan mampu memberikan bantuan kepada penonton untuk beremajinasi. Kalau kiat cermati kesunyian dan kesendirian dalam film ini sangat terasa. Hampir di setiap adegan di mana Banyu ditampilkan kesan sunyi dan berat serta beban dapat dirasakan oleh penonton. Pengambilan gambar close up dari arah depan bawah muka tokoh akan menimbulkan efek beban berat pada penonton. Apalagi didukung dengan sound efek dengan suara – suara berat seperti detak jam semakin membantu emajinasi penonton dalam membayangkan beban yang dialami oelah tokoh utamanya, Banyu.
Kelihaian lain dai kameramen yang bisa kita cermati dari film ini adalah kelihaian kameramen dalam berusaha mengvisualisasikan apa yang ada dalam pikiran tokoh. Hal itu bisa kita lihat antara lainsaa Banyu kembali ke rumah. Di sana ditampilkan sebuah rumah yang sudah dipenuhi dengan debu dan banyak sarang laba-laba, dengan beberapa kaca jendela yang sudah pecah. Ketika ruangan utama rumah itu ditampilkan dengan berbagai kesemrawutan dan ketidakbersihannya, tiba-tiba ruangan itu berubah menjadi rauangan yang bersih, nyaman ada suara lagu Juwita Malam dan ada pak Oskar dan istrinya sedang berdansa penuh dengan keromatisan. Dan yang lebih hebat lagi kameramen begitu lembut dalam memunculkan transisi dari gambar yangsatu dengan yang berikutnya .Tampilan gambar dan transisi adegan sepeeti itu memberikan emajinasi kepada penontonnya kepada pembicaraan hati Banyu. Dari adegan itu penonton jadi tahu apa yangada dalam hati Banyu, seolah-olah Banyu berkata dalam hatinya:
“Kenapa ruangan ini begitu kotor dan degil dan berdebu, kotor dan jorok padahal di ruangan ini dulu kedua ayah dan ibu berdansa dengan sangat mesranya.”
Itulah emajinasi yang bisa dimunculkan oleh penonton dengan melihat transisi gambar yang satu dengan yang lain pada adegan tersebut.
Hal lain yang patut mendapat acungan jempol dari kerja kameramen adalah kemampuan kameramen dengan pengambilan gambarnya dalam mengajak emosi penonton. Ketika seorang tokoh ingin loncat dari sebuah jembatan, maka gambar diambil dari jarak agak jauh dan dari atas, sehingga kesan dalam dan lebarnya sungai tertangkap dalam mata penonton, hal ini menimbulkan efek kengerian, sehingga pantas orang-orang (tokoh-tokoh figuran) menjerit histeris ketika melihat ada seorang yang hendak loncat dari jembatan tersebut. Tetapi untuk mengurangi ketegangan itu ditampilakan sedikit gurauan yang dilakukan oleh tokoh figuran ketika dia mengatakan kata kelas 5 SD padahal orang yang mau bunuh diri mengatakan kelas 4 SD.
Kontradikasi tampilan gambar juga sangat membantu dalam menggambarkan suasana yang dihadapi tokoh-tokohnya. Tokoh Banyu yang sedang pusing, capek, tidak enak badan dan penuh masalah diambil dengan close up dan disamping kanan kirinya deretan etalase yang dipenuhi barang dagangan terkesan mundur ke belakang membantu penoton dalam merasakan beban yang disandang Banyu. Ini bisa kita bayangkan ketika kita naik bis dan kita duduk menghadap ke belakang lalu kita melihat kan iri kita seolah-olah berjalan ke belakang. Dan biasanya dalam kondisi seprti ini orang yang tidak terbiasa akan merasakan pusing kepalanya.
Tampilan adegan Banyu yang seperti itu dikontaradiksikan dengan tampilan adegan yang menampilkan seorang tokoh kurus, kering dengan seragam pelayan toko swalayan sedang berjalan dengan menari dan suara sepatunya memberi kesan kedinamisannya dalam menghadapi hidup dan pekerjaan. Kontadiksai dari dua adegan ini akan memebrikan kesan lebih dan menyangatkan terhadap permaslahan yang dihadapi Banyu. Bagaimana tidak ternyataorang tidak peduli dengan dirinya. Di saat dirinya penuh masalah orang lain bahkan teman kerjanyan justru menari kegirangan, tak ada kesan perhatian pada dirinya. Sehingga ini memberikan kesan kesendirian dan kesunyian hidup yang dialami oleh Banyu. Dan adegan ini terulang kembali saat Banyum mengikuti seminar tentang pelayanan konsumen. Kesan kesunyian dan beban berat lebih terasa dengan sound efek berupa suara detak jam yang berat saat wajah Banyu secara close up ditampilkan lalu dikontraversikan dengan suara langkah sepatu yang sedang menari penuh kedinamisan.
Sutradara dan Skenario
Dalam pembuatan film sutradara adalah pemimpinnya. Semua adegan film yang ditampilkan merupakan perwujudan kepiawaian sutradara dalam menterjemahkan teks skenario. Dan film Banyu Biru merupakan bukti kepiawaian sutradaa dalam memahami cerita. Sehingga kita lihat tidak ada satu kata atau kalimat bahkan adegan pun yang sia-sia, tidak mempunyai makna dalam mendukung makna cerita dan dalam membantu mengantarkan tema.
Salah satu contoh bias kita ambil tatkala Banyu sedang bercakap-cakap dengan teman kerjanya. Teman kerjanya mengatakan bahwa dia membutuhkan mobil tua keluaranb tahun 67. Sekilas kita tidak akan memperhatikan isi dari pembicaraan atau adegan ini. Tetapi ternyata adeganinilah yang mampu menyelesaikan maslah saat ada orang (dalam perkawinan kelima paman Banyu) yang ingin bunuh diri dengan cara ingin menerjunkan diri ke sungai yang besar dan dalam. Orang ini putus asa karena menurutnya satu- satunya yang masih dimilikinya yaitu kekasihnya Mei telahmenikah dengan paman Banyu. Akibatnya ia merasa tidak punya apa-apa lagi kecuali sebuah mobil tua yangmogokan dan tidak ada harganya. Ketika Banyu mendengar perkataan orang itu, ia ingat akan temannya yang meminta untuk dicarikan sebuah mobil tua keluaran tahun 67. Akhirnya Banyu berhasil membujuk orang yang mau bunuh diri itu untuk memberi tahu di mana mobilnya karena temannya mau membelinya.
Plot yang ditampilkan sangat unik. Secara keseluruhan memang berplot maju tetapi ternyata dalam tampilan berikutnya plot ini beralur flaskback. Ini bisa kita lihat karena kejadian-kejadian yang menimpa Banyu hanyalah mimpi belaka. Mimpi yang disebabkan banyaknya persoalan hidup dialaminya dan tidak segera diselesaikan. Akibatnya masalah-masalah itu ditekan sampai ke bawah sadar hingga akhirnya muncul dalam mimpi. Ini sesuai dengan teori psikoanalisanya Sigmund Freud yang mengatakan bahwa rangsangan-rangsangan keras yang berasal dari id (pikiran bawah sadar) membutuhkan ekspresi. Dan salah satu dari wujud ekspresi itu adalah mimpi.
Hal yang ingin dikatakan oleh sang sutradara kepada penonton sesuai dengan penafsirannya terhadap teks skenario, sehingga sutradara memunculkan mimpi yang dialami Banyu adalah hendaklah dalam menyelasaikan masalah kita harus realis tidak dalam khayal. Penyelesaian masalah hendaknya dengan tindak nyata bukan dengan khayalan atau impian.
Untuk mendukung itu, isi mimpi yang dialami Banyu pun berupa mimpi dalam menyelesaikan berbagai masalah hidupnya terutama masalahnya dengan sang ayah. Sekaligus adegan-adegan itu membuktikan bahwa tidak semua apa yang kita lakukan sama dengan apa yang kita bayangkan.
Penata Suara dan Musik
Perpaduan gambar, suara dan ilustrasi musik dalam sebuah film sangat penting artinya dalam mendukung makna cerita dan makna yang ingin disampikan melalui cara yangsangat artistik dan menarik. Sehingga lembut pesan-pesan yang ingin disampaikan penulis skenario dan sutadara merasuk ke dalam diri penikmat film.
Awal cerita film Banyu Biru ini menampilkan lagu Juwita Malam dengan dua versi musik yang berbeda. Yang pertama dengan jenis musik pop romantis dan yang ke dua dengan musik rok. Kontradiksi inilah yang sering digunakan dalam film ini untuk memperjelas suasana dalam setiap adegan. Musik rok menimbulkan kesan keras, semrawut tidak teratur dan menjadikan masalah menjadi semakin berat sedangkan musik pop yang romantis memberian ketenteraman dan kesejukan serta kedamaian hidup.
Selain itu bisa kita lihat dalam adegan-adegan awal yang memunculkan sound track-nya Slank, keterpaduan sound efek dan penata suara ini juga bisa kita temukan dalam setiap sound efek yang menyertai setiap adegan, misalnya suara detak jam, suara tarian sepatu yang penuh dengan dinamisasi. Kontradiksi itu sering digunakan untuk lebih menekankan dan mambantu pembaca dalam memahami suasana adegan dan kondisi dalam sebuah adegan.
PERBANDINGAN TEMA PUISI
Karya sastra merupakan dunia kemungkinan, artinya ketika pembaca berhadapan dengan karya sastra, maka ia berhadapan dengan kemungkinan penafsiran. Setiap pembaca berhak dan seringkali berbeda hasil penafsiran terhadap makna karya sastra. Pembaca dengan horison harapan yang berbeda akan mengakibatkan perbedaan penafsiran terhadap sebuah karya sastra tertentu. Hal ini berkaitan dengan masalah sifat, fungsi dan hakikat karya sastra. Sifat- sifat khas sastra ditunjukkan oleh aspek referensialnya (acuan), "fiksionalitas", "ciptaan" dan sifat "imajinatif". Karenanya, karya sastra sering disebut sebagai sebuah karya imajinatif yang mempunyai unsur estetik yang menonjol.
Disamping itu, karya sastra adalah sistem tanda tingkat I yang mempunyai makna dan menggunakan medium bahasa. Karya sastra juga diartikan sebagai struktur makna atau struktur yang bermakna. Dalam sebuah karya sastra terdapat konvensi tambahan, yaitu konvensi sastra. Salah satu konvensi tambahan tersebut adalah konvensi bahasa kiasan (symbolic extrapolation). Konvensi tambahan tersebut merupakan konvensi tambahan pada puisi. Artinya dalam puisi terkadang dinyatakan pengertian dan hal-hal yang secara tidak langsung. Ketidaklangsungan itu menurut Riffaterre disebabkan oleh:
1. Penggantian arti (displacing) yaitu sebuah kata yang mempunyai arti yang berbeda sekali dengan yang dimaksud. Misalnya kata kembang untuk maksud sesuatu yang indah (kembang desa)
2. Penyimpangan arti (distorsing) yaitu penyimpangan arti karena ada ambiguitas (makna ganda), kontradiksi atau nonsense (yaitu bentuk-bentuk kata yang secara linguistik tidak mempunyai makna sebab tidak terdapat dalam kosakata).
Misal: penggabungan dua kosakata atau lebih:
Sepi saupi (salah satu baris puisi Sutardji Coulsom Bachri)
3. Penciptaan arti (creating of meaning)
Karena sifat puisi tersebut, menganalisis sebuah puisi terasa lebih sulit dibanding dengan menganalisa karya sastar jenis prosa.
Tulisan berikut akan mencoba membandingkan tiga buah puisi dari tiga orang penulis yang berbeda yang semuanya mengambil tokoh ayah sebagai tema utamanya.
Ayah
(karya Yayuk Prastiwi)
1. Kerut di wajah tanda usia senja
2. Tak mengahalangi langkah tegarmu
3. Mandi keringat membanting tulang
4. Demi kami semua keluargamu
5. Fajar menyinsing kau melangkah
6. Di senja hari baru kau kembali
7. Hanya ada satu tujuan mulia
8. Memberi sinar bahagia bagi kami
9. Aku bermohon kepada Tuhan
10. Berkat keselamatan untuk ayah
11. Memberi rahmat dan kekuatan
12. Melindungi jalan kehidupan
Ayah
(karya Puwaning Retnowati)
1. Di remang malam buta
2. Kulihat engkau tertidur lelap
3. Mungkin engkau telah lelah
4. Mencari nafkah tuk keluarga
5. Ayah, semoga berakhir derita kita
6. Dengan senyum dan tawa ria
7. Yang selama ini kurindukan
8. Senyumlah, Ayah, tertawalah
9. Kehidupan berputar bagai roda
10. Dialami oleh semua manusia
11. Tuhan mengatur segalanya
12. Tapi, kapan derita berakhir segera
Titip Rindu Buat Ayah
(karya Ebiet G. Ade)
1. Di matamu masih tersimpan selaksa peristiwa
2. Benturan dan hempasan terpahat di keningmu
3. Bahumu yang dulu kekar legam terbakar matahari
4. Kini kurus dan terbungkuk
5. Namun semangat tak pernah pudar
6. Memikul beban yang smakin sarat
7. Kau tetap bertahan
8. Engkau telah mengerti hitam dan merah jalan ini
9. Keriput tulang pipimu gambaran perjuangan
10. Kau tampak tua dan lelah
11. Keringat mengucur deras
12. Namun kau tetap tabah
13. Meski nafasmu kadang tersengal
14. Memikul beban yang makin sarat
15. Kau tetap setia
16. Ayah, dalam hening sepi kurindu
17. Untuk menuai padi milik kita
18. Tapi kerinduan tinggal hanya kerinduan
19. Anakmu sekarang banyak menanggung beban
Ketiga puisi ini semuanya menggambarkan sikap penyair terhadap seorang ayah. Dalam ketiga puisi tersebut masing-masing penyair menggambarkan tokoh ayah yang meskipun tampak tua tetapi ia ta pernah berkeluh kesah apalagi pasrah menyerah.
Kerut di wajah tanda usia senja / Tak menghalangi langkah tegarmu
Demikian Yayuk Prastiwi menggambarkan ketegaran semangat seorang ayah. Sementara Purwaning Retnowati berujar:
Di remang malam buta / Kulihat engkau tertidur lelap / Mungkin engkau telah lelah / Mencari nafkah tuk keluarga
Lain lagi dengan Ebiet G. Ade, penyair yang sekaligus komponis, dia bertutur tentang semangat seorang ayah dengan baitnya:
Bahumu yang dulu kekar legam terbakar matahari / Kini kurus dan terbungkuk / Namun semangat tak pernah pudar / Memikul beban yang smakin sarat / Kau tetap bertahan
Bagaimana semangat kerja sang ayah kembali Yayuk Prastiwi menggambarkan
Fajar menyinsing kau melangkah / Di senja hari baru kau kembali
Dan semua jerih payah seorang ayah hanyalah untuk satu tujuan mulia, yakni demi kebahagiaan keluarganya:
Hanya ada satu tujuan mulia / Memberi sinar bahagia bagi kami
Akhirnya penyair menyadari hanya satu yang bisa ia lakukan untuk ayahnya yaitu berdoa demi keselamatan dan kebahagiaan hidupnya:
Aku bermohon kepada Tuhan / Berkat keselamatan untuk ayah / Memberi rahmat dan kekuatan / Melindungi jalan kehidupan
Berbeda dengan Yayuk Prastiwi, Purwaning Retnowati lebih melihat segi penderitaan yang di alami sang ayah yang nampaknya telah bersusah payah bekerja tetapi roda kehidupan yang dialaminya tampaknya masih tetap sama, yaitu penderitaan hidup atau kemiskinan. Tetapi penyair berharap penderitaan yang dialami sang ayah dengan keluarganya akan berakhir dengan kebahagiaan dan kesenangan
Ayah, semoga berakhir derita kita / Dengan senyum dan tawa ria / Yang selama ini kurindukan
Karenanya, sang penyair mengharap agar sang ayah tidak bersedih dan tetap tersenyum, maka penyair meminta
Senyumlah, Ayah, tertawalah
Tetapi kemudian pada akhirnya sang penyair ternyata tak bisa memberikan motivasi pada ayahnya agar tetap sabar dalam menjalani pahit getir kehidupan bahkan terhadap dirinya sekalipun, hingga akhirnya sang penyair mendesah dalam suara bernada putus asa:
Tapi, kapan derita berakhir segera
Walaupun sebelumnya sang penyair menyadari bahwa roda kehidupan selalu berputar dan semua kehidupan telah diatur oleh Yang Maha Kuasa
Kehidupan berputar bagai roda / Dialami oleh semua manusia / Tuhan mengatur segalanya
Tetapi sekali lagi nampaknya sang penyair pun juga telah lelah dan bahkan putus asa seraya mendesah : Tapi, kapan derita berakhir segera.
Dalam berusaha mengvisualisasikan tokoh sang ayah dan juga semangat kerjanya ketiga penyair ini lebih banyak menggunakan citraan penglihatan (visual) sehingga seolah-olah kita, pembaca dihadapkan pada sosok ayah yang tergambar jelas di depan kita.
Penyair Yayuk Prastiwi menggunakan kata kerut di wajah, mandi keringat (baris 1 dan 2), sementara Purwaning Retnowati menggunakan kata-kata, malam, remang, buta tertidur, lelah, untuk menunjukkan betapa sang ayah telah bekerja di siang hari (baris 1, 2 dan 3). Lain lagi dengan Ebiet G. Ade hampir dengan sempurna penyair ini menggambarkan sosok sang ayah dan semangatnya dalam kerja. Kata-kata yang dipilihnya: matamu, benturan, hempasan, terpahat, keningmu, bahumu , kekar, legam, terbakar, kurus, terbungkuk. Kata-kata yang saling berlawanan dan disejajarkan ini menunjukkan kesan, betapa kerja keras sang ayah telah menyebabkan kondisi fisiknya berubah. Kata-kata yang dipertentangkan itu antara lain: kekar dengan kurus dan terbungkuk. Dan ketegaran semangat ini selain diinformasikan oleh penyair kepada pembaca dengan kata – kata yang saling bertentangan dipertegas lagi dengan bunyi baris
Namun semangat tak pernah pudar / Memikul beban yang smakin sarat / Kau tetap bertahan
Juga dipertegas lagi dengan baris-baris
Kau tampak tua dan lelah / Keringat mengucur deras / Namun kau tetap tabah / Meski nafasmu kadang tersengal / Memikul beban yang makin sarat / Kau tetap setia
Selain makna dan keindahan puisi bisa diciptakan dengan diksi atau pilihan kata yang berusaha mengoptimalkan seluruh indera yang dimiliki manusia, style atau gaya bahasa juga digunakan untuk menambah keindahan puisi,sehingga benar-benar unsur estetik sebuah puisi yang merupakan salah satu jenis karya sastra ini benar-benra menonjol dan dapat dirasakan oleh penikmatnya.
Gaya bahasa yang bisa kita temui dalam puisi Ebiet G. Ade dan Yayuk Prastiwi antara lain adalah gaya bahasa hiperbola. Hal itu bisa kita lihat dari baris
Mandi keringat membanting tulang (Yayuk Prastiwi)
Keringat mengucur deras (Ebiet G. Ade)
Analisis Unsur-Unsur Intrinsik Cerpen
Imai seorang wanita lajang berusia 35 tahun. Dia jatuh cinta dengan seorang laki-laki muda dan sarjana, Ramang. Tetapi adat mereka mengharuskan seorang wanita memberikan uang jemputan (adat di Minangkabau, yang mengharuskan keluarga perempuan menyerahkan sejumlah uang atau barang berharga pada keluarga laki-laki). Dan uang yag dipatok oleh Pak Sati, paman Ramang, begitu banyak dan mustahil untuk dipenuhi oleh Amaknya Imai. Amaknya akhirnya pasrah dia tak hendak membeli Ramang, pemuda yang menjadi tambatan hati Imai. Amak Imai ingin agar Imai melupakan Ramang dan mencari laki-laki yang tidak mahal.
Tetapi Imai tak mau karena baginya laki-laki hanyalah satu, yaitu Ramang. Ia tidak putus asa dan akhirnya ia membuat celengan bambu yang digantung di rumahnya dan setiap ia punya uang maka diisinya celengan itu dengannya. Harapannya selalu melayang pada Ramang, ia bayangkan seandainya menjadi istri ramang maka desanya akan gembira.
Tetapi angannya sirna. Harapannya musnah. Saat semangatnya menabung di celengen bambu begitu menggelora dan keyakinannya akan bisa menyerahkan uang jemputan meski sudah berbulan-bulan bahkan bertahun tahun celengannya tidak juga penuh, tiba-tiba ia dengar dan tahu bahwa Ramangnya dinikahkan dengan Rahma gadis tunggal pak Sati, meski pernikahan mereka tidak didasari rasa cinta tetapi hutang budi, karena biaya sekolah Ramang ditanggung oleh Pak Sati.
Hancur hati imai. Hingga akhirnya ia , ngengleng atau gila.
II. Landasan Teori
Seperti halnya kehidupan begitulah karya sastra. Ia menciptakan dunianya sendiri yang berbeda dari dunia nyata. Segala sesuatu yang terdapat dalam dunia karya sastra merupakan fiksi yang tidak berhubungan dengan dunia nyata, meskipun menjadi keharusan dalam sebuah karya sastra yang baik, terutama karya sastra yang berbentuk prosa, untuk selalu memperhatikan plausabilitas atau kemasukakalan. Tetapi kemasukakalan dalam sebuah cerita tidak harus sesuai dengan kehidupan nyata manusia tetapi ia , masuk akal sesuai dengan cerita itu sendiri. Karena menciptakan dunianya sendiri, karya sastra tentu dapat dipahami berdasarkan apa yang ada atau secara eksplisit tertulis dalam teks tersebut. Karenanya, sebuah analisis intrinsik merupakan usaha mencoba memahami suatu karya sastra berdasarkan informasi-informasi yang dapat ditemukan di dalam karya sastra itu atau secara eksplisit terdapat dalam karya sastra.
Sebuah karya sastra baik yang berbentuk prosa maupun puisi selalu terbangun atas dua unsur, yakni unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Novel yang merupakan salah satu bentuk prosa juga terbangun atas dua unsur, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.
Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra dari dalam. Maksudnya tatkala seseorang membaca sebuah karya sastra baik prosa maupun puisi unsur-unsur tersebut akan dapat secara langsung ditemukan dalam karya tersebut. Yang termasuk unsur intrinsik karya sastra khususnya yang berbentuk prosa (cerpen ataupun novel) antara lain, judul, alur, penokohan, setting, sudut pandang atau point of view, tema, serta style bahasa.
Sedangkan unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra dari luar sehingga ia tidak bisa ditemukan secara langsung oleh pembaca saat dia membaca karya tersebut. Yang termasuk unsur intrinsik karya sastra antara lain kehidupan sosial politik, tingkat pendidikan pengarang dan sebagainya.
III. Analisis Unsur-Unsur Intrinsik
A. Judul
Membeli Laki-laki karya Yoli Hemdi merupakan cerpen yang berhasil menjadi pemenang hadiah hiburan lomba penulisan cerpen yang diadakan oleh majalah Ummi. Pertama kali membaca judul cerpen ini, Membeli Laki-Laki barangkali bayangan yang tergambar pada diri kita adalah hal-hal yang tabu, yakni penjual-belian seorang laki-laki. Tetapi begitu menyimak dan menelusuri latar kejadian cerita di cerpen tersebut barulah kita mengetahui bahwa Membeli Laki-Laki adalah kata lain dari istilah adat Minangkabau, yaitu uang jemputan yaitu sejumlah uang atau barang yang diserahkan kepada keluarga laki-laki. Sehingga judul cerpen ini sekaligus memberi gambaran cerita secara keseluruhan.
B. Alur
Alur adalah urutan atau rangkaian peristiwa dalam cerita. Urutan peristiwa dapat tersusun berdasarkan tiga hal, yaitu
1. Berdasarkan urutan waktu terjadinya. Alur dengan susunan peristiwa berdasarkan kronologis kejadian disebut alur linear
2. Berdasarkan hubungan kausalnya/sebab akibat. Alur berdasarkan hubungan sebab-akibat disebut alur kausal.
3. Berdasarkan tema cerita. Alur berdasarkan tema cerita disebut alur tematik.
Secara keseluruhan cerita dalam cerpen Membeli Laki-laki ini menggunakan alur lurus maju (progresif) atau linier. Kejadian atau peristiwa pertama dalam cerita merupakan peristiwa awal kejadian yang sebenarnya.
1. Struktur Alur
Setiap karya sastra tentu saja mempunyai kekhususan rangkaian ceritanya. Namun demikian, ada beberapa unsur yang ditemukan pada hampir semua cerita. Unsur-unsur tersebut merupakan pola umum alur cerita. Pola umum alur cerita adalah
1. Bagian awal yang meliputi
• paparan (exposition)
• rangsangan (inciting moment)
• gawatan (rising action)
2. Bagian tengah yang meliputi
• tikaian (conflict)
• rumitan (complication)
• klimaks
3. Bagian akhir yang meliputi
• leraian (falling action)
• selesaian (denouement)
Tetapi pemisahan atau pembagian bagian alur menjadi awal, tengah dan akhir tidak bisa kita pisahkan secara betul-betul terpisah. Artinya sebenarnya bagian akhir sebuah cerita itu merupakan bagian awal dari suatu cerita. Begitu pula, akhir dari bagian tengah cerita merupakan awal bagian akhir cerita.
Kalau ditilik dari sistematika atau sruktur cerpen Membeli Laki-laki akan kita dapatkan adanya bagian awal, tengah dan bagian akhir. Meskipun demikian bagian-bagian itu tidak jelas terpisah. Ini disebabkan karena peristiwa-peristiwa dalam sebauh cerita selalu terjalin atas hubungan sebab akibat (kausalitas) yang di dunia nyata ia menjadi sunatullah, suatu peristiwa pasti selalu berakibat pada peristiwa lain dan akibat ini akan menjadi sebab yang lain dan begitu seterusnya.
Karenanya tidak akan kita peroleh bagian yang benar-benar terpisah dengan bagian lain. Akhir dari bagian pendahuluan menjadi awal dari bagian tengah dan begitu pula akhir bagian tengah merupakan awal bagian penutup.
a. Awal
Bagian awal Membeli Laki-laki digunakan oleh penulis untuk mengenalkan (paparan atau exposition) kepada pembaca pada tokoh-tokohnya, latar kehidupan serta tempat dimana para tokoh tersebut tinggal, bahkan gambaran tentang permasalahan (rangsangan atau inciting moment) yang dihadapi sang tokoh sudah bisa kita temukan dalam awal cerita ini.
Perkenalan pada tokoh diberikan oleh pengarang pada petikan berikut:
“Bagi perempuan seperti kita, menikah hanyalah mimpi yang mahal”
Imai menancapkan tatapan heran ke arah Incim. Wanita lajang usia tiga puluh lima tahun itu tetap menekur.
……………………………………………………………………………………
“Tapi aku dicintai Ramang”
Pada penggalan kutipan tersebut selain kita sudah dikenalkan oleh penulis dengan nama-nama tokoh cerita, kita juga sudah diransang akan adanya permasalahan yang dihadapi tokoh-tokohnya (inciting moment). Hal ini bisa kita cermati dari ucapan sang tokoh (Incim) sebagaimana tersebut di atas. Bahkan pada bagian awal ini pula kita sudah merasakan adanya sesuatu yang gawat yang bakal menimpa tokoh utamanya (gawatan atau rising action). Hal itu juga bisa kita simak dari pembicaraan Incim dengan tokoh Imai selanjutnya:
“Cintamu hanya untuk hatinya tetapi jasad Ramang harus kaubeli pada keluarganya. Jika yang kauingin cinta maka kau telah mendapatkan jiwanya. Kalau mau menikahinya, kau harus menukar batang tubuhnya dengan segunung uang”
b. Tengah
Sebagai yang sudah disebutkan di atas bahwa pemisahan plot atas awal dan tengah dan akhir tidak bisa benar – benar pisah tetapi bagian tengah cerita pada dasarnya akhir bagian awal dan seterusnya.
Pada bagian tengah cerita kita dapatkan bahwa sang tokoh benar-benar mendapatkan masalah. Bahkan masalah tersebut telah menjadi konflik antara tokoh yang satu dengan tokoh yang lain.
“Kemenakanku orang terpandang, dia cadiak pandai, kalian harus membayar uang jemputan”.
Sambil melintir kumis Pak Sati menyebut deretan angka yang membuat Amak berhenti bernafas. Uang sebanyak itu tak akan pernah terkumpulkan sampai kami mati bekerja di sawah. Jangankan mengumpulkan, menyebutkan saja betapa ngilu terasa dilidah………………………………………………………
“Sudahlah! Kalau tak sanggup carilah menantu di jalanan”. Dia melangkah pergi setelah melempar puntung rokok lewat jendela.
Konflik tersebut menjadi begitu rumit (komplikasi) karena ternyata Imai begitu mencintai Ramang dan ia tak mau dengan laki-laki lain.
“Tenanglah kita akan coba lagi berutang. Nanti uangnya kita pakai untuk membayar uang jemputan laki-laki, tak usah yang mahal-mahal, ya!”. Amak membantu meniup-niup mata Imai.
” Tapi aku ingin Ramang”. Gadis itu merungut-rungut.
Dan akhirnya komplikasi itu menjadi klimaks disaat Imai berusaha mengumpulkan uang dengan semangat dan bersungguh-sungguh dengan cara membuat celengan bambu tiba-tiba saja Pak Sati menyodorkan anak gadisnya untuk Ramang. Maka baralek gadang (kenduri besar) kontan membuat semangat hidup Imai patah.
…………………………………………………………………………………
Segala biaya kuliah Ramang ditanggung sang mamak.Cukup sebagai senjata Pak Sati menyodorkan anak gadisnya.Pesta besar segera digelar meriah membuat orang sekampung kurang tidur seminggu.
Baralek gadang kontan membuat semangat hidup Imai patah.
c. Akhir
Pada bagian akhir kita dapatkan kenyataan bahwa akhirnya tokoh utama, yakni Imai ngengleng atau gila. Penulis nampaknya ingin mengakhiri cerita dan permasalahan dengan cara yang mudah, yaitu dengan menjadikan sang tokoh utama gila. Maka selesailah semuanya. Tidak perlu memperpanjang masalah terhadap orang yang sudah gila.
Ada ending yang terbuka bagi pembaca untuk menafsirkan kesudahan dari tokoh ceritanya. Apakah Imai yang sudah gila akhirnya bisa sembuh atau ia akan menjadi wanita yang menjadi korban dari keangkuhan manusia yang menjadikan harta di atas segala-galanya.
d. Plausabilitas, Suspense, Kebetulan
Dalam membangun peristiwa-peristiwa cerita, ada beberapa faktor penting yang perlu diperhatikan agar alur menjadi dinamis. Faktor-faktor penting tersebut adalah
a. faktor kemasukakalan (pausibility). Yaitu peristiwa-peristiwa cerita sebaiknya meyakinkan, tidak selalu realistik tetapi masuk akal. Penyelesaian masalah pada akhir cerita sesungguhnya sudah terkandung atau terbayang di dalam awal cerita dan terbayang pada saat titik klimaks.
b. Faktor ketegangan (suspense). Yaitu peristiwa-peristiwa sebaiknya tidak dapat secara langsung ditebak/dikenali oleh pembaca.
c. Faktor Kejutan (surprise). Yaitu peristiwa-peristiwa tidak diduga terjadi, secara kebetulan terjadi dan mengejutkan.
Dari ketiga faktor tersebut faktor keteganganlah yang paling dominan kita dapatkan. Sejak awal cerita kita dibuat tegang dengan masalah yang dihadapi Imai. Ketegangan itu sempat mengendor ketika kita mengetahui bahwa Imai tidak bertepuk sebelah tangan. Ramang ternyata memang juga mencintainya.
Ramang menyukaiku. Pesan inda ini disampaikan Buyung teman salapiak sakatidurannya di surau………………………………………………
Syukurlah Buyung setia menjadi perantara dua hati. Hingga akhirnya kami berani saling bertukar kata meski beberapa patah saja…………………………
Ketika kita mendapatkan kenyataan itu kita berharap bahwa kekuatan cinta mereka akan mampu mengalahkan dan menghancurkan segala rintangan dalam cita-cita mereka berdua, yaitu menikah. Tetapi tiba tiba kita dikejutkan dengan kenyataan cerita bahwa Pak Sati mempunyai anak gadis dan biaya kuliah Ramang selama ini emaknya-lah yang menanggungnya sehingga Ramang akhirnya tidak bisa menolak saat ia dinikahkan dengan anak gadis Pak Sati meski tanpa dasar cinta.
Mamak Ramang tak mau menanti tabungan yang mustahil membumbung. Ramang dinikahkan dengan dengan Rahma, putri tunggal Pak Sati. Pernikahan yang jelas-jelas bukan atas nama cinta kecuali hutang budi.
Kalau diperinci alur serpen tersebut kurang lebih begini:
• Paparan/ Eksposisi : Digunakan penulis untuk memperkenalkan tokoh utamanya yakni Imai
sekaligus permasalahan yang dihadapi
• Konflik : Berupa konflik batin dan sosial yakni keinginan hati Imai yang begitu
besar ingin menikah dengan Ramang tetapi ia harus berhadapan dengan adat di daerahnya yang mengharuskan seorang wanita menyerahkan uang jemputan bagi keluarga laki-laki yang dicintainya.
• Klimaks : Terjadi saat Imai tahu bahwa Ramang telah dinikahkan dengan Rahma
• Anti Klimaks : Imai berperilaku yang tidak wajar yaitu menebang banyak pohon bambu
menganggap setiap daun bambu sebagai uang yang kemudian ia tabung di celengan bambu yang telah banyak dibuatnya.
• Ending : Imai gila dan dipasung
C. Penokohan
Kalau alur berbicara tentang peristiwa apa yang terjadi, tokoh dan penokohan berbicara tentang siapa yang mengalami peristiwa dan bagaimana cara pengarang dalam menampilkan tokoh-tokohnya baik dari segi lahir maupun batinnya.
Dalam menggambarkan watak tokoh-tokohnya penulis menggunakan cara langsung dan tak langsung.
1. Incim
Dia adalah seorang wanita lajang yang sudah berusia tiga puluh liam. Seorang wanita yang mudah menyerah dengan keadaan. Hal ini tergambar dalam percakapannya dengan Imai.
“Bagi perempuan seperti kita, menikah hanyalah mimpi yang mahal”
Imai menancapkan tatapan heran ke arah Incim. Wanita lajang usia tiga puluh lima tahun itu tetap menekur.
2. Imai
Kebalikan dengan Incim Imai adalah sosok wanita yang pantang menyerah. Meskipun di mata Incim mustahil ia bisa menikah dengan Ramang tetapi ia tidak menyerah begitu saja, ia berusaha dan berusaha.
Semestinya bukan aku yang memikirkan uang jemputan. Tapi mamakku sulit diharapkan. Ia hanya penjaja ikan keliling kampung……………………………
……………………………………………………………………………………
Amak menyetujuinya. Gadis itu menggantung celengan di kamar. Tiap punya uang diselipkan recehan, ribuan atau seberapa pun. Sejak itu ia lebih bersemangat bekerja di sawah, membersihkan ladang, atau menokok kerupuk Banguak………...
Meskipun ia seorang yang pantang menyerah tetapi ia juga seorang wanita yang nrimo dan tidak banyak menuntut, kesan watak itu bisa kita simak dari percakapan batinnya:
‘Semakin sedikit keinginan akan semakin besar kebahagiaan. Itu pesan Amak yang kusimpan rapat-rapat di peti hati. Sebab itu pula aku tak pernah meminta, merengek apatah lagi mengeluh.’
3. Amak
Amak adalah gambaran orang tua yang pasrah dengan keadaan tetapi penuh kasih sayang terhadap anaknya. Watak itu bisa kita lihat dari percakapannya dengan Imai, anaknya:
“Tenanglah kita akan coba lagi berutang.Nanti uangnya kita pakai untuk membayar uang jemputan laki-laki, tak usah yang mahal-mahal, ya!”. Amak membantu meniup-niup mata Imai.
4. Ramang
Tokoh ini mempunyai watak yang saleh, rajin mengisi pengajian dan juga seorang sarjana, hal ini diungkapkan oleh pengarang melalui tokoh Imai.
……………………………………………………………………………………
Ramang itu seorang pemuda yang baik juga saleh. Dia rajin ke surau mengumandangkan adzan, jadi imam kemudian mengajari anak-anak mengaji atau memberi pengajian rutin untuk bapak-bapak dan ibu-ibu.
Ramang menyukaiku………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………Ramang pintar, dia sarjana. ………………………………………………...……
5. Pak Sati
Seorang yang menganggap uang segala-galanya. Dia juga seorang yang angkuh dan sombong. Kesan watak itu bisa dicermati dari sikap pembicaraannya dengan Amak Imai.
“Kemenakanku orang terpandang, dia cantik pandai, kalian harus membayar uang jemputan”.
Sambil melintir kumis , pak Sati menyebut deretan angka yang membuat Amak berhenti bernapas…..
“Coba kalian bayangkan berapa uang kami pakai hingga sekarang Ramang menjadi pemuda terpandang. Tak mungkinlah kalian ambil begitu saja. Tukang panjat kelapa saja harus pakai uang jemputan. Padahal dia tak sekolah dan hanya berkawan dengan monyet”…
Bahkan ia membeli Ramang yang kemudian dinikahkan dengan putri tunggalnya Rahma, meski tidak dengan dasar cinta.
…. Mamak Ramang tak mau menanti tabungan yang mustahil membumbung. Ramang dinikahkan dengan Rahma, putri tunggal Pak Sati.Pernikahan yang jelas-jelas bukn atas nama cinta kecuali hutang budi. Segala biaya kuliah Ramang ditanggung sang mamak. Cukup sebagai senjata pak Sati untuk menyodorkan anak gadisnya ….
Dari uraian tentang penokohan tersebut di atas dapatlah disimpulkan bahwa dalam menggambarkan watak tokoh-tokohnya penulis lebih banyak menggunakan dengan metode tidak langsung atau dramatik. Adapun cara yang digunakan adalah dengan :
a. Percakapan batin tokoh-tokohnya (solilukui)
b. Tanggapan tokoh terhadap tokoh lain
c. Percakapan antar tokoh-tokohnya.
D. Setting atau Latar
Latar dibedakan menjadi dua, yaitu
1. Latar fisik/material. Latar fisik adalah tempat dalam ujud fisiknya (dapat dipahami melalui panca indra).Latar fisik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
a. Latar netral, yaitu latar fisik yang tidak mementingkan kekhususan waktu dan tempat.
b. Latar spiritual, yaitu latar fisik yang menimbulkan dugaan atau asosiasi pemikiran tertentu.
2. Latar sosial. Latar sosial mencakup penggambaran keadaan masyarakat, kelompok sosial dan sikap, adat kebiasaan, cara hidup, bahasa, dan lain-lain.
Peristiwa dala cerpen ini berseting tempat di sebuah desa di daerah Minangkabau. Ini bisa kita lihat dari petikan berikut:
Pertarungan lumpur dari pagi hingga sore baru saja usai. Dua wanita baru saja menapaki pematang senja, mengukur hidup pendek dengan mengais upah di sawah.
Sedangkan untuk daerah Minangkabau bisa kita simak dari istilah-istilah yang muncul pada cerpen ini, seperti uang jemputan, suntiang, jolang gadang , baralek gadang dan sebagainya.
Baralek gadang kontan membuat semangat hidup Imai patah……………… ……………………………………………………………………………………
Dalam menggambarkan latarnya apalagi latar fisiknya, pengarang berusaha mengaitkannya dengan suasana cerita dan keadaan tokoh-tokohnya. Sehingga latar fisik yang digunakan selalu menimbulkan dugaan atau asosiasi pemikiran tertentu dan menimbulkan daya bayang tentang suasana cerita.
E. Sudut Pandang Penceritaan
Dalam menceritakan ceritanya terkadang penulis menggunakan sudut pandang orang ketiga tetapi kadang-kadang meloncat ke orang pertama. Perubahan sudut pandang penceritaan ini bisa kita simak dari penggalan-penggalan berikut:
“Bagi perempuan-perempuan seperti kita, menikah hanyalah mimpi yang mahal”.
Imai menancapkan tatapan heran ke arah Incim Ida…..(sudut pandang orang ketiga yang berada di awal cerita)
Semakin sedikit keinginan akan semakin besar kebahagiaan. Itu pesan Aman yang kusimpan rapat-rapat di peti hati. Sebab itu pula aku tak pernah meminta, merengek apatah lagi mengeluh….(sudut pandang orang pertama)
Hingga suatu ketika aku punya satu keinginan saja. Rasa ingin yang meletup-letup dari lubuk terdalam di bilik hati. Keinginan yang membuatku bingung mengerjakan hal paling sepele sekalipun.Ya. Aku ingin punya suami. (sudut pandang orang pertama)
Ingatan Imai menembus ruang dan waktu. Sejumpun harapan meronta-ronta tentang sebidang hati yang tak terbentuk. Ramang itu seorang pemuda yang baik dan saleh. Dia rajin ke surau mengumandangkan adzan, jadi imam kemudian mengajari anak – anak mengaji atau memberi pengajian rutin untuk bapak-bapak dan ibu-ibu… (sudut pandang orang ketiga)
Nampak sekali adanya pergantian sudut pandang penceritaan bahkan telah terjadi loncatan sudut pandang, yakni dari sudut pandang orang pertama menjadi sudut pandang orang ketiga.
Sudut pandang orang pertama biasanya digunakan oleh penulis untuk memberi kebebasan tokoh untuk bersolilukui, mengadakan percakapan batin sehingga dari sana seolah penulis ingin memberikan gambaran watak dari tokoh Imai, yang menjadi tokoh sentral dan utama cerpen tersebut.
F. Style Bahasa
Karya sastra adalah sebuah karya seni yang unsur estetiknya menonjol. Keestetikan karya sastra tidak saja bisa dilihat dari pola dia ditutrkan oleh pengarangnya tetapi juga tampilan bahasa yang digunakan. Di sinilah kemampuan memilih dan menggunakan bahasa sang pengarang diuji.
Dalam cerpen Membeli Laki-Laki ini kita akan dapatkan penggunaan gaya bahasa yang cukup bervariasi. Gaya bahasa yangdapat kita temukan antara lain:
1. Personifikasi yaitu suatu gaya bahasa yang menganggap benda-benda mati berulah seperti manusia.
Pertarungan lumpur dari pagi hingga sore baru saja usai.
………..desis Imai mengusir bayang-bayang hitam yang menyergap batinnya.
2. Metafora yaitu gaya bahasa yang mengatakan atau melukiskan sesuatu dengan
membandingkan sesuatu yang lain. Hal itu bisa kita simak dari kutipan berikut:
……………………………………………………………………………………
Sama seperti gelombang rasa yang meledak di jantungku.
F. Tema dan Amanat
Cerita yang berlatar di Minangkabau ini memberikan pelajaran pada kita bahwa tatkala manusia menjadikan uang segala-galanya akan berakibat hilangnya rasa kemanusiaan manusia. Ini terwakili oleh sikap Pak Sati tatkala ia menolak bermenantu Imai yang miskin sekalipun sudah terjalin hubungan cinta di antara keduanya.
“Sudahlah! Kalau tak sanggup, carilah menantu di jalanan”. Dia melangkah pergi setelah melempar puntung rokok lewat jendela.
Juga dari kata-katanya;
“Coba kalian bayangkan berapa uang kami pakai hingga sekarang Ramang menjadi pemuda terpandang. Tak mungkinlah kalian ambil begitu saja. Tukang panjat kelapa saja harus pakai uang jemputan. Padahal dia tak sekolah dan hanya berkawan dengan monyet”…