Selasa, 10 Agustus 2010

Apresiasi Sastra

Sebagaimana telah banyak diketahui orang, bahwa sastra merupakan sarana yang sangat efektif untuk menanamkan nilai-nilai kepribadian pada seseorang tanpa harus menggurui. Hal ini disebabkan karena sebagai karya sastra merupakan karya imajinatif yang unsur estetiknya menonjol. Selain itu dulce et utile yang merupakan fungsi sastra menegaskan bahwa karya sastra selain bernilai menghibur, dia juga menawarkan berbagai pengalaman hidup yang akan sangat bermanfaat bagi para pembacanya.

Mencari Makna dalam untaian Kata (Sebuah Analisis Puisi)

Apa yang akan Anda rasakan manakala ada seorang atau sekelompok orang yang Anda harapkan uluran tangan dan bantuannya tetapi ternyata dia justru berkeinginan menghancurkan angan-angan dan impian Anda? Kecewa dan putus asa, mungkin demikian yang akan kita rasakan atau bahkan lebih dari itu ?
Inilah yang akan diungkapkan oleh penyair. Kekecewaan dan kesedihan yang amat sangat yang dialami oleh masyarakat grass road karena seseorang atau sekelompok orang yang diharapkan mau dan bisa membantunya dalam mencapai angan dan cita-citanya yang sangat tinggi tetapi justru merekalah yang menghancurkan dan mengandaskan harapannya.

Kita simak puisinya:

Balaslah Kejahatan yang Menimpamu dengan Kasih Sayang (sebuah analisis makna sebuah puisi)

Dengan Kasih Sayang

Dengan kasih sayang
kita simpan bedil dan kelewang
Punahlah gairah pada darah

Jangan!
Jangan dibunuh para lintah darat

Jumat, 23 Oktober 2009

Kesepertihidupan dalam sastra


Ada sebuah artikel di harian suara karya berjudul Fiksi Dalam Sinetron Indonesia yang ditulis Beni Setia. Isinya sinetron Indonesia berada diantara film Bollywood dan Hollywood. Tidak hanya pada ceritanya tapi juga aspek keseluruhan sebuah sinetron. Saya petikkan satu alinea begini : Teks yang biasanya diungkapkan sebagai kritik atas adegan sinetron, yang bunyinya, "Dalam keseharian nggak begitu."Misalnya, orang miskin yang berpakaian resik, dengan mata sehat bersinar dan wajah bersih. Perempuan sakit yang memakai make up tak resmi mau arisan, dan bukan gurat derita bermata kosong.

Antara Sastra dan Psikologi Sastra II

Sastra dan psikologi biasanya tidak diajarkan bersama-sama. Namun demikian, kedua-duanya saling menerangi dan membantu, dan dianggap sebagai tak terpisahkan. Lebih dari tiga atau empat generasi perkembangan spesialisasi akademis dan klinis yang pesat telah memisahkan kedua ‘discipline’ tersebut.
Sampai akhir abad 19 hampir semua yang dikenal dalam psikologi manusia tidak terdapat pada laporan-laporan klinis, tetapi terdapat pada karya-karya sastra yang terkenal. Abad Renaissance telah mendorong manusia untuk mempelajari dirinya sendiri. Sebelum Frued, Shakespeare dianggap sebagai ahli psikologi yang terbesar.
Schlegel, seorang sarjana dari Jerman, menulis tentang Shakespeare sebagai berikut: “Dari semua penyair, mungkin dia sendiri yang telah memotret penyakit-penyakit jiwa….dengan kebenaran yang begitu pasti dan tidak bisa dinyatakan dengan kata-kata dalam setiap aspek sehingga para dokter bisa memperkaya observasinya dari karya-karya Shakespeare dengan cara yang sama seperti dalam kasus-kasus nyata”

  © Blogger templates The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP