Jumat, 23 Oktober 2009

Kesepertihidupan dalam sastra


Ada sebuah artikel di harian suara karya berjudul Fiksi Dalam Sinetron Indonesia yang ditulis Beni Setia. Isinya sinetron Indonesia berada diantara film Bollywood dan Hollywood. Tidak hanya pada ceritanya tapi juga aspek keseluruhan sebuah sinetron. Saya petikkan satu alinea begini : Teks yang biasanya diungkapkan sebagai kritik atas adegan sinetron, yang bunyinya, "Dalam keseharian nggak begitu."Misalnya, orang miskin yang berpakaian resik, dengan mata sehat bersinar dan wajah bersih. Perempuan sakit yang memakai make up tak resmi mau arisan, dan bukan gurat derita bermata kosong.

Antara Sastra dan Psikologi Sastra II

Sastra dan psikologi biasanya tidak diajarkan bersama-sama. Namun demikian, kedua-duanya saling menerangi dan membantu, dan dianggap sebagai tak terpisahkan. Lebih dari tiga atau empat generasi perkembangan spesialisasi akademis dan klinis yang pesat telah memisahkan kedua ‘discipline’ tersebut.
Sampai akhir abad 19 hampir semua yang dikenal dalam psikologi manusia tidak terdapat pada laporan-laporan klinis, tetapi terdapat pada karya-karya sastra yang terkenal. Abad Renaissance telah mendorong manusia untuk mempelajari dirinya sendiri. Sebelum Frued, Shakespeare dianggap sebagai ahli psikologi yang terbesar.
Schlegel, seorang sarjana dari Jerman, menulis tentang Shakespeare sebagai berikut: “Dari semua penyair, mungkin dia sendiri yang telah memotret penyakit-penyakit jiwa….dengan kebenaran yang begitu pasti dan tidak bisa dinyatakan dengan kata-kata dalam setiap aspek sehingga para dokter bisa memperkaya observasinya dari karya-karya Shakespeare dengan cara yang sama seperti dalam kasus-kasus nyata”

Sastra dan Psikologi

1. Hubungan
Psikologi adalah kajian menguraikan kejiwaan dan meneliti alam bawah sadar pengarang. Sedangkan Hubungan antara sastra dan psikologi karena munculnya istilah psikologi sastra yang membahas tentang hukum-hukum psikologi yang diterapkan pada karya sastra, misalnya karakter tokoh-tokoh dalam suatu karya sastra diciptakan pengarang berdasarkan kondisi psikologis yang dibangun oleh pengarangnya.

2. Konsep
Psikologi adalah suatu seni yang biasanya menyajikan situasi yang terkadang tidak masuk akal dan suatu kejadian-kejadian yang fantastik. Psikologi dapat mengklasifikasikan pengarang berdasarkan tipe psikologi dan fisiologinya. Mereka bisa menguraikan kelainan jiwanya, bahkan meneliti alam sadarnya. Bukti-bukti itu diambil dari dokumen diluar sastra atau dari karya sastra itu sendiri. Banyak karya besar yang menyimpang dari standar psikologi, karena kesesuaian hasil karya dengan kebenaran psikologis belum tentu bernilai artistik. Pemikiran psikologi dalam karya sastra tidak hanya dicapai melalui pengetahuan psikologi saja. Namun pada kenyataannya atau pada kasus-kasus tertentu pemikiran psikologi dapat menambah nilai estetik atau keindahan karena dapat menunjang koherensi dan kompleksitas suatu karya.

3. Ciri-ciri
a. Pengarang menghindari penyesuaian diri dengan norma masyarakat, karena hal itu berarti mematikan arus lingkungan.
b. Adanya kemampuan membayangkan suatu bayangan yang bersifat indrawi.
c. Susunan mental seorang penyair berbeda dengan susunan sebuah puisi.
d. Sebagai gejolak emosi, suatu karya dapat menampilkan hubungan imajinasi dengan kepercayaan.
e. Psikologi merupakan suatu persiapan penciptaan.
f. Bersumber dari kebiasaan untuk tidak membeda-bedakan macam-macam penginderaan.

4. Manfaat
a. Mempertajam kemampuan pengamatan.
b. Membantu mengentalkan kepekaan pada kenyataan.
c. Memberi kesempatan untuk menjajaki pola-pola yang belum terjamah sebelumnya.
d. Studi tentang perbaikan naskah, koreksi, dan seterusnya karena jika dipakai dengan tepat, dapat membantu kita melihat mana keretakan, ketidakteraturan, perubahan, dan distorsi yang penting dalam suatu karya sastra.
e. Menjelaskan tokoh dalam situasi cerita.

5. Tokoh
a. Carl Jung
Mengungkapkan bahwa dalam bawah salam sadar manusia ada kesadaran kolektif yakni daerah masa lalu umat manusia di masa sebelum manusia ada dan menciptakan tipologi psikologi yang rumit.
b. Freud
Pengungkap konsepsi tentang seniman yang merupakan seseorang yang lari dari kenyataan dan hidup dalam fantasinya.
c. Erich Jaensen
Pengungkap kemampuan membayangkan hal-hal yang bersifat indrawi merupakan gejala menyatunya kemampuan berfikir dan pengindraan.
d. W.H. Auden
Menekankan bahwa seniman boleh tetap menjadi orang neurotik kalau ia tahan.
e. Ribot
Membagi dua tipe imajinasi sastrawan menjadi tipe plastis dan tipe diffluent.

6. Contoh
Jika kita pernah membaca novel The Birth of Tragedy karya Nietzsche pada tahun 1872 disitu terdapat penggolongan dua kutub seni yang menarik. Apollo dan Dionysus dua dewa seni Yunani mewakili dua jenis seni dan proses seni, seni patung dan musik, tingkat psikologis mimpi dan keadaan mabuk ekstase. Keduanya kira-kira sejalan dengan penggolongan sastrawan “pengrajin” dan sastrawan “kesurupan”, sastrawan klasik dan Romantik.




APLIKASI PSIKOANALISIS DALAM KARYA SASTRA

Psikoanalisis dalam sastra memiliki empat kemungkinan pengertian. Yang pertama adalah studi psikologi pengarang sebagai tipe atau sebagai pribadi. Yang kedua adalah studi proses kreatif. Yang ketiga adalah studi tipe dan hukum-hukum psikologi yang diterapkan pada karya sastra.Yang keempat adalah mempelajari dampak sastra pada pembaca. Namun,

  © Blogger templates The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP